5 alasan bunuh diri 2022

HARI PENCEGAHAN BUNUH DIRI

Senin, 10 Sep 2018 13:55 WIB

Bagikan :  

Ilustrasi (Milada Vigerova)

Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri tepat pada 10 September setiap tahunnya. Peringatan ini digelar untuk menyadarkan warga dunia bahwa bunuh diri bisa dicegah.

Bunuh diri bisa menyerang siapa saja, tak mengenal usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan profesi.

Belum lama ini, seorang bocah berusia 9 tahun di Amerika Serikat bunuh diri lantaran menghadapi perundungan dari teman-teman sebayanya. Ditambah lagi sederet nama tersohor yang tewas akibat bunuh diri dalam kurun waktu sekira satu tahun ke belakang.

Pertanyaannya kemudian, mengapa dorongan bunuh diri itu bisa muncul? Secara garis besar, dokter sekaligus penulis yang fokus pada kesehatan jiwa, Alex Lickerman, memberikan enam alasan orang mencoba bunuh diri.

1. Depresi

Depresi adalah alasan umum di balik aksi bunuh diri. Saat depresi, seseorang akan merasa menderita sehingga bunuh diri dianggap sebagai jalan keluar dari situasi tersebut.

"Tahap depresi bisa menyesatkan pemikiran mereka. Kemudian, muncul ide seperti 'semua orang akan lebih baik tanpa saya'. Dia akan mencoba untuk membuatnya masuk akal," kata Lickerman dikutip dari Psychology Today.

Depresi, kata Lickerman, bisa disembuhkan melalui pengakuan dari orang-orang terdekat. Namun, sayangnya penderita depresi biasanya merencanakan aksi bunuh diri mereka dalam senyap dan tanpa diketahui orang.

Lickerman menyarakan, jika Anda merasa curiga dengan tanda depresi pada orang terdekat, sebaiknya bersiap dengan kemungkinan aksi bunuh diri yang dilakukan. Jika kesadaran itu telah muncul, Anda bisa membantunya menangkal keinginannya untuk mengakhiri hidup.

2. Gangguan jiwa

Penderita psikosis alias gangguan jiwa berat mengalami delusi. Mereka kerap mendengar suara-suara tak nyata yang memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu, termasuk bunuh diri tanpa alasan jelas.

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa psikosis bisa disembuhkan. Jika ditangani dengan baik, suara-suara yang didengar penderita bakal kehilangan kekuatannya.

3. Dorongan impulsif

Aksi percobaan bunuh diri terkadang dilakukan sebagai tindakan impulsif akibat pengaruh obat-obatan atau alkohol.

Saat sadar, orang-orang dengan dorongan impulsif ini akan merasa malu atas apa yang dilakukannya. Namun, kebiasaan impulsif ini bisa saja terulang kembali dengan tak terduga.

"Mereka bisa mencobanya lagi saat mereka mabuk," ujar Lickerman.

4. Mencari pertolongan tapi tak tahu caranya

Sebagian orang melakukan aksi percobaan bunuh diri lantaran tak tahu bagaimana caranya mendapat pertolongan.

Lickerman menyebut, orang-orang jenis ini sesungguhnya tak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup. Aksi percobaan bunuh diri dilakukan hanya untuk mengingatkan orang-orang sekitar bahwa ada sesuatu yang salah pada dirinya.

"Saya telah menyaksikan lebih dari satu remaja meninggal dengan mengerikan di ruang ICU setelah menyesali aksi percobaan bunuh dirinya," ujar Lickerman.

5. Ada hasrat untuk mati

Bagi sebagian orang, keputusan untuk mengakhiri hidup menjadi masuk akal. Orang-orang jenis ini biasanya termotivasi oleh penyakit kronis yang dideritanya. Mereka menganggap tak ada harapan sembuh dari penyakit yang diderita.

Orang-orang jenis ini, kata Lickerman, tidak mengalami gangguan mental. Mereka mencoba untuk mengontrol takdir dan menghilangkan penderitaan yang terkadang hanya bisa terjawab dengan kematian. (asr/chs)

Bagikan :  

Copyright by shutterstock.com

Anda tidak akan pernah tahu siapa dan kapan seseorang akan bunuh diri. Tiba-tiba saja Anda sudah dikejutkan dengan berita meninggalnya orang yang Anda kenal. Anda mungkin berpikir, apa yang mereka pikirkan hingga bisa memutuskan untuk mengakhiri hidup, namun masalah ini cukup rumit untuk orang yang secara pribadi mengalaminya sendiri.

Banyak sekali penyebab orang bunuh diri, namun untuk mencegah hal ini terjadi, sebenarnya Anda bisa mengamati kondisi dan karakteristik orang yang memiliki risiko tersebut. Seperti disebut dalam www.everydayhealth.comyang juga memberikan beberapa faktor pemicu meningkatnya risiko bunuh diri, antara lain adalah

1. Gender

Gender di sini bisa diartikan dengan jenis kelamin. Perempuan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mencoba bunuh diri, namun pria memiliki keinginan lebih besar dan memutuskan dengan cepat ketika memilih bunuh diri. Bahkan rasionya empat kali lebih banyak pria daripada wanita yang mati karena bunuh diri.

2. Usia

Dahulu, pencegahan bunuh diri sebagian besar berpusat pada orang tua dan usia muda. Namun dalam beberapa tahun terakhir, angka bunuh diri di kalangan paruh baya juga meningkat tajam, bahkan dikabarkan orang-orang antara usia 45-64 tahun memiliki peningkatan jumlah orang bunuh diri hingga tahun 2011.

3. Ras

Bukan bermaksud rasis, namun ras memang menjadi faktor yang bisa meningkatkan risiko bunuh diri. Tingkat bunuh diri paling banyak adalah rasa kulit putih atau kaukasia. Ini mungkin disebabkan oleh gaya hidup dan beberapa faktor lainnya.

Sedangkan yang paling rendah angka bunuh diri adalah ras orang Asia, Kepulauan Pasifik, Afrika-Amerika dan Hispanik. Namun seiring berkembangnya masyarakat, angka ini bisa berubah dan dominasi bunuh diri pada setiap ras juga bisa berubah.

4. Masalah tidur

Jangan anggap remeh masalah tidur. Jika Anda kurang tidur, otak tidak mendapatkan cukup istirahat sehingga bisa memicu amarah saat Anda sedang mengantuk. Hal ini bisa memicu stress yang kemudian berakumulasi dan menjadi depresi. Bahkan penelitian juga sudah membuktikan bahwa ada hubungan erat antara kualitas tidur yang buruk dengan depresi yang nantinya bisa memicu seseorang bunuh diri.

5. Masalah kesehatan mental dan fisik yang kronis

Di antara banyaknya kasus bunuh diri, memang sebagian besar menderita penyakit mental atau gangguan mental termasuk depresi, gangguan makan bulimia nervosa dan anorexia nervosa, gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kecemasan seperti gangguan stres pasca trauma.

Sedangkan untuk penyakit fisik kronis, orang dengan rheumatoid arthritis atau kanker juga memiliki peningkatan risiko untuk bunuh diri, yang sebenarnya juga berujung pada depresi karena penyakit tersebut.

Pemicu lain yang juga mendukung kelima faktor tersebut adalah kerusakan hubungan kasih sayang, ekonomi sosial yang rendah, dan kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai. Jadi, jika Anda melihat tanda-tanda yang tidak ‘biasa’ pada orang yang Anda sayangi, Anda bisa mengajak orang tersebut untuk konsultasi ke dokter atau psikiater.

  • Suka Dengan Binatang? Ini 5 Manfaat Sehat Punya Hewan Peliharaan
  • Cegah Gangguan Manik (Manic Disorder) Dengan 4 Langkah Ini
  • Terlalu Percaya Diri Dan Penting? Awas Gangguan Kepribadian Narsistik
  • Kenali 5 Tanda-Tanda Umum Depresi
  • Ups, Suka Cuci Tangan Berlebihan? Ini Tandanya OCD

(vem/feb)

What's On Fimela

powered by

Kenapa remaja bunuh diri?

Ada banyak faktor yang bisa memicu tindakan tersebut, mulai dari masalah dalam kehidupan, seperti masalah keluarga, beban pendidikan, hingga perundungan. Selain itu, gangguan psikologis, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan NAPZA, juga turut meningkatkan risiko bunuh diri pada remaja.

Apakah orang yang bunuh diri itu takdir?

Menurut Buya Yahya, bunuh diri termasuk dalam takdir manusia yang sudah ditentukan oleh Allah, tapi dengan sebab kematiannya yang berbeda.

Tingkah laku bunuh diri adalah?

Pengertian Bunuh Diri Bunuh diri merupakan tindakan agresif, melukai diri sendiri, merusak dirinya dan selanjutnya mengakhiri kehidupannya.

Suicide prevention seeks to reduce the factors that increase suicide risk while increasing the factors that protect people from suicide.

Risk Factors

Risk factors are characteristics of a person or his or her environment that increase the likelihood that he or she will die by suicide (i.e., suicide risk).

Major risk factors for suicide include:

  • Prior suicide attempt(s)
  • Misuse and abuse of alcohol or other drugs
  • Mental disorders, particularly depression and other mood disorders
  • Access to lethal means
  • Knowing someone who died by suicide, particularly a family member
  • Social isolation
  • Chronic disease and disability
  • Lack of access to behavioral health care

Risk Factors Can Vary Across Groups

Risk factors can vary by age group, culture, sex, and other characteristics. For example:

  • Stress resulting from prejudice and discrimination (family rejection, bullying, violence) is a known risk factor for suicide attempts among lesbian, gay, bisexual, and transgender (LGBT) youth.
  • The historical trauma suffered by American Indians and Alaska Natives (resettlement, destruction of cultures and economies) contributes to the high suicide rate in this population.
  • For men in the middle years, stressors that challenge traditional male roles, such as unemployment and divorce, have been identified as important risk factors.

Protective Factors

Protective factors are personal or environmental characteristics that help protect people from suicide.

Major protective factors for suicide include:

  • Effective behavioral health care
  • Connectedness to individuals, family, community, and social institutions
  • Life skills (including problem solving skills and coping skills, ability to adapt to change)
  • Self-esteem and a sense of purpose or meaning in life
  • Cultural, religious, or personal beliefs that discourage suicide

Precipitating Factors and Warning Signs

Precipitating factors are stressful events that can trigger a suicidal crisis in a vulnerable person. Examples include:

  • End of a relationship or marriage
  • Death of a loved one
  • An arrest
  • Serious financial problems

Warning signs are behaviors that indicate that someone may be at immediate risk for suicide. For more, see our Warning Signs page.

Faktor risiko yang terkait dengan bunuh diri

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko bunuh diri: ¹

  • Riwayat keluarga bunuh diri atau penganiayaan anak
  • Upaya bunuh diri sebelumnya
  • Penyakit mental, terutama depresi klinis
  • Alkohol atau penyalahgunaan narkoba lainnya
  • Penyakit fisik dan nyeri kronis
  • Keputusasaan, impulsif, agresivitas
  • Epidemi bunuh diri lokal
  • Isolasi
  • Hambatan untuk mengakses perawatan kesehatan mental
  • Kerugian (relasional, sosial, pekerjaan, atau keuangan)
  • Akses mudah ke metode mematikan
  • Keengganan untuk mencari bantuan karena stigma

Faktor perlindungan berikut dapat membantu mengurangi risiko bunuh diri: ¹

  • Perawatan yang efektif untuk gangguan mental, fisik, dan penggunaan narkoba
  • Akses mudah ke intervensi dan dukungan untuk mencari bantuan
  • Keterhubungan sosial
  • Dukungan dari penyedia layanan kesehatan
  • Keterampilan dalam Pemecahan Masalah, Resolusi Konflik, dan Cara Menangani Sengketa
  • Keyakinan budaya dan agama yang mencegah bunuh diri dan mendukung pelestarian diri

Penyakit kejiwaan

Sekitar 20% dari populasi AS menderita penyakit mental yang dapat didiagnosis. Depresi adalah faktor risiko yang paling umum untuk bunuh diri. Gangguan kesehatan mental lainnya yang meningkatkan risiko termasuk gangguan bipolar, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), skizofrenia, gangguan kepribadian batas, dan gangguan penggunaan mental dan zat yang terjadi bersama.² di negara bagian New York, tingkat bunuh diri untuk mereka yang dilayani dalam Sistem kesehatan mental hampir lima kali lipat tingkat populasi negara bagian, 38,8 per 100.000 populasi.³

Kunjungi Suicide Awareness Voices of Education (Save) Penyakit mental dan bunuh diri untuk informasi lebih lanjut.

Alkohol dan penyalahgunaan obat lainnya

Penggunaan zat adalah faktor risiko paling umum kedua untuk bunuh diri. Penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol meningkatkan risiko sepuluh kali lipat. Faktanya, 22% kematian bunuh diri dan 30-40% upaya bunuh diri di AS melibatkan keracunan alkohol. Opiat hadir pada 20% bunuh diri, sedangkan penggunaan obat injeksi meningkatkan risiko empat belas kali lipat.4

Alasan untuk hubungan antara penggunaan narkoba dan bunuh diri meliputi: 4

  • Disinhibisi selama keracunan
  • Meningkatkan suasana hati yang tertekan
  • Peningkatan tekanan psikologis dan agresivitas
  • Propulsi Ideasi ke dalam Tindakan
  • Penyempitan kognisi, merusak kemampuan seseorang untuk menghasilkan dan menerapkan strategi koping alternatif

Overdosis opioid dan kematian bunuh diri terus meningkat seiring dan sulit dibedakan

Ketika kematian overdosis opioid terus meningkat secara dramatis, bunuh diri terus meningkat dalam bayang -bayang. Namun, diperkirakan bahwa 20-30% kematian yang dikaitkan dengan overdosis opioid sebenarnya bunuh diri.5 & nbsp; Ini sangat bermasalah karena intervensi yang menargetkan overdosis yang tidak disengaja berbeda dari yang menargetkan overdosis yang disengaja. Dengan demikian, sebagian besar strategi yang ditujukan untuk memerangi epidemi opioid tidak termasuk skrining atau intervensi untuk risiko bunuh diri.5 Ini menyoroti pentingnya mengatasi kedua masalah ini bersama-sama sebagai kematian cedera diri.6

Menangani penggunaan narkoba dan bunuh diri secara kolaboratif

Pada tahun 2016, Penyalahgunaan Zat dan Administrasi Layanan Kesehatan Mental (SAMHSA) mengeluarkan ajakan untuk bertindak untuk mengatasi penggunaan narkoba dan bunuh diri dengan upaya kolaboratif dalam penggunaan narkoba yang singkat dan bunuh diri: nexus yang membutuhkan pendekatan kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa strategi untuk mengatasi dua krisis kesehatan masyarakat bersama.

  • Memberikan pelatihan pencegahan bunuh diri dan sumber daya untuk pencegahan penggunaan narkoba dan penyedia perawatan yang melayani berbagai pengaturan termasuk sekolah, kampus dan kampus universitas, organisasi peradilan remaja dan pidana, komunitas, dan program perawatan gangguan penggunaan narkoba
  • Mempromosikan kolaborasi antara bunuh diri masyarakat dan penggunaan narkoba/gugus tugas pencegahan atau koalisi
  • Menerapkan protokol perawatan bunuh diri yang lebih aman ke dalam pengaturan perawatan gangguan penggunaan zat
  • Memberikan pelatihan nalokson kepada mereka yang berinteraksi dengan individu bunuh diri. Pemberian nalokson, juga disebut sebagai Narcan, membalikkan overdosis.
  • Mengintegrasikan skrining risiko bunuh diri, intervensi perencanaan keselamatan, rujukan, dan pemantauan ke dalam skrining alkohol dan obat, intervensi singkat, dan rujukan ke model pengobatan (SBIRT)
  • Memberikan layanan identifikasi dan intervensi dini untuk alkohol dan penyalahgunaan obat lainnya untuk mengatasi faktor risiko utama untuk bunuh diri
  • Mengintegrasikan pencegahan bunuh diri ke dalam bahan dan sumber daya pencegahan overdosis opioid
  • Merujuk masalah bersama sebagai kematian cedera diri, saat membahas masalah ini dan mengadvokasi dukungan dan sumber daya

Kunjungi Kantor Alkoholisme dan Layanan Penyalahgunaan Zat New York, kecanduan pertempuran untuk informasi, toolkit, video, dan materi tentang pencegahan overdosis opioid. Klik di sini untuk menemukan pelatihan nalokson di dekat Anda.

Pemulihan dimungkinkan. Hubungi NYS Hopeline di 1-877-8-Hopeny (1-877-846-7369) untuk berbicara dengan dokter yang terlatih.

Sejarah Trauma

Ada 21.187 rawat inap atau kunjungan gawat darurat untuk upaya bunuh diri dan cedera yang ditimbulkan sendiri di New York pada 2016.7 Wanita dan remaja memiliki tingkat upaya bunuh diri tertinggi; Wanita menyumbang 57% dan remaja berusia 10-19 merupakan 20% dari semua upaya di New York pada 2016.8 Sejarah perilaku bunuh diri, terutama perilaku baru-baru ini, adalah salah satu prediktor terkuat dari upaya dan kematian di masa depan. Mereka yang mencoba bunuh diri adalah 30-40 kali lebih mungkin meninggal karena bunuh diri daripada seseorang tanpa riwayat upaya bunuh diri.7

Non-Suicidal Self-condiry (NSSI)

Meskipun terjadi tanpa niat untuk mati, NSSI diakui sebagai faktor risiko bunuh diri. Studi telah melaporkan peningkatan risiko bunuh diri 2,5 kali untuk mereka yang melaporkan NSSI. NSSI yang diulang dapat mengurangi penghambatan perilaku bunuh diri, menjadikannya perilaku "gateway ".7

Klik di sini untuk informasi lebih lanjut dari Cornell University tentang hubungan antara NSSI dan bunuh diri.

Perjudian masalah

Lebih dari setengah juta orang di Negara Bagian New York berjuang dengan perjudian mereka. Masalah perjudian, dan gangguan perjudian, meningkatkan risiko bunuh diri. Gangguan perjudian unik karena itu, tidak seperti kecanduan zat, seorang individu dapat terus berjudi selama ada uang. Selain itu, perjudian sangat mudah disembunyikan. Faktor -faktor ini berkontribusi pada peningkatan risiko bunuh diri di antara para penjudi. Satu dari lima penjudi bermasalah telah mencoba atau menyelesaikan bunuh diri. Tingkat penyelesaian bunuh diri di antara mereka yang memiliki gangguan perjudian lebih tinggi daripada kecanduan lainnya.

Di Negara Bagian New York, ada layanan yang dirancang khusus untuk para penjudi bermasalah. Untuk menemukan dukungan dan informasi khusus untuk komunitas Anda, hubungi Pusat Sumber Daya Perjudian Masalah Regional Anda, atau kunjungi halaman perjudian masalah NYS OASAS. Anda tidak sendiri. Jangkau hari ini!

Pemulihan dari perjudian masalah dimungkinkan. Hubungi NYS Hopeline di 1-877-8-Hopeny (1-877-846-7369) untuk berbicara dengan dokter yang terlatih.