Penandatanganan kerjasama antara PGI, Yayasan Kesehatan PGI Cikini dan PT. Famon Awal Bros Sedaya (PRIMAYA), di Grha Oikoumene, pada Jumat 25 Juni 2021. /Dok. pgi.or.id/ Show
BERITA SUBANG - Pimpinan sinode gereja, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Wilayah (PGIW), dan anggota Majelis Pekerja Lengkap PGI (MPL-PGI) mengumumkan mereka menyambut positif langkah PGI bersama Yayasan Kesehatan PGI Cikini dalam rangka transformasi RS PGI Cikini menjadi rumah sakit modern. "Menurut saya sudah tepat dan strategis rencana MPH PGI untuk meminta pihak ketiga mengelola RS PGI Cikini, dengan tujuan dapat mengembangkan dan memodernisir rumah sakit tersebut," kata Ketua Umum Sinode Gereja Masehi Injili di Talaud (Germita), Pdt. Dr. Arnold A. Abbas, seperti dikutip dalam artikel yang dipublikasikan Jumat, 2 Juli 2021. "Apalagi dalam MOU yang dibuat pihak ketiga bersedia untuk mengembangkan dan mengelolanya secara modern," tambahnya. Baca Juga: Koreksi Yayasan Kesehatan PGI Cikini Terhadap Pemberitaan Berita Subang Selasa, 29 Juni 2021 RS Cikini tetap milik PGI dan gereja-gereja >Upaya tersebut menurut Pdt. Arnold, tidak menghilangkan aspek jatidiri RS PGI Cikini, yang mengedepankan segi pelayanan dan sarat dengan nilai-nilai Kristiani. "Kemudian setelah selesai kontrak, selama 30 tahun, akan dikembalikan lagi kepada PGI. Jadi RS Cikini tetap milik PGI dan gereja-gereja," tandasnya. Ditambahkan Arnold, dalam perjanjian ditegaskan bahwa pihak ketiga tidak boleh menjual dan mengagunkannya ke pihak lain. "Jadi kita tidak perlu khawatir karena dalam kontraknya cukup jelas RS Cikini tidak dijual oleh MPH-PGI ke pihak ketiga, tapi hanya diberi kepercayaan untuk mengelola dan mengembangkan atau memodernisir rumah sakit tersebut, agar lebih baik lagi pelayanannya daripada sekarang ini.” Logo PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris: Church Council in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI[1]) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI mencetuskan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia." SejarahPada tanggal 6-13 November 1949 disediakan "Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia". Sebelum Perang Alam II telah diupayakan membangun suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending; namun karena pecahnya Perang Alam II maksud tersebut diundur. Setelah Perang Alam II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu "Dewan Permusjawaratan Geredja-geredja di Indonesia", berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); "Madjelis Oesaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia anggota Timur", berpusat di Makassar (Maret 1947) dan "Madjelis Geredja-geredja anggota Soematera" (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan kawasan ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. [2] Pada tanggal 21-28 Mei 1950 disediakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang ada dalam konferensi tersebut adalah:
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia diubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Pergantian nama itu mengandung perubahan ruang lingkup. Persekutuan adalah bahasa/istilah Alkitab, yang menyentuh bidang eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani. Kata "persekutuan" ini semakin mengedepankan keterikatan lahir dan batin antar gereja anggota. Lima Dokumen Keesaan GerejaPGI berupaya terus memperkembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Oleh karena itu, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober 1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan LDKG ini adalah bentuk dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Majelis Pekerja HarianAgenda sehari-hari PGI ditangani oleh "Majelis Pekerja Harian" yang terdiri atas Ketua Umum, beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara, serta sejumlah anggota. Posisi Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009 dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara posisi Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan pada Posisi Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara posisi Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dalam menjalankan roda organisasinya, MPH PGI dibantu oleh sejumlah Departemen dan Bidang, yaitu Departemen Perempuan & Anak, Departemen Pemuda & Remaja, Anggota Koinonia, Anggota Marturia, dan Anggota Diakonia. Selain itu berada pula Biro Komunikasi, Penelitian dan Pengembangan. KeanggotaanPGI ada dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah Sinode Gereja-gereja Anggota PGISaat ini terdapat 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI, yang mengembang dari 26[3][4] PGI WilayahSaat ini terdapat 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah[5]
Selain menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Alam (WCC) Syarat-syarat KeanggotaanBerikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Anggota PGI:
Tokoh PGI
Lihat pula
ReferensiPranala luar
edunitas.com Page 2Logo PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris: Church Council in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI[1]) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI mencetuskan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia." SejarahPada tanggal 6-13 November 1949 disediakan "Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia". Sebelum Perang Alam II telah diupayakan membangun suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending; namun karena pecahnya Perang Alam II maksud tersebut diundur. Setelah Perang Alam II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu "Dewan Permusjawaratan Geredja-geredja di Indonesia", berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); "Madjelis Oesaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia anggota Timur", berpusat di Makassar (Maret 1947) dan "Madjelis Geredja-geredja anggota Soematera" (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan kawasan ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. [2] Pada tanggal 21-28 Mei 1950 disediakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang ada dalam konferensi tersebut adalah:
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia diubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Pergantian nama itu mengandung perubahan ruang lingkup. Persekutuan adalah bahasa/istilah Alkitab, yang menyentuh segi eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani. Kata "persekutuan" ini semakin mengedepankan keterikatan lahir dan batin antar gereja anggota. Lima Dokumen Keesaan GerejaPGI berupaya terus memperkembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Oleh karena itu, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober 1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan LDKG ini adalah bentuk dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Majelis Pekerja HarianAgenda sehari-hari PGI ditangani oleh "Majelis Pekerja Harian" yang terdiri atas Ketua Umum, beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara, serta sejumlah anggota. Posisi Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009 dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara posisi Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan pada Posisi Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara posisi Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dalam menjalankan roda organisasinya, MPH PGI dibantu oleh sejumlah Departemen dan Bidang, yaitu Departemen Perempuan & Anak, Departemen Pemuda & Remaja, Anggota Koinonia, Anggota Marturia, dan Anggota Diakonia. Selain itu berada pula Biro Komunikasi, Penelitian dan Pengembangan. KeanggotaanPGI ada dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah Sinode Gereja-gereja Anggota PGISaat ini terdapat 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI, yang mengembang dari 26[3][4] PGI WilayahSaat ini terdapat 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah[5]
Selain menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Alam (WCC) Syarat-syarat KeanggotaanBerikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Anggota PGI:
Tokoh PGI
Lihat pula
ReferensiPranala luar
edunitas.com Page 3Logo PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris: Church Council in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI[1]) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI mencetuskan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia." SejarahPada tanggal 6-13 November 1949 disediakan "Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia". Sebelum Perang Alam II telah diupayakan membangun suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending; namun karena pecahnya Perang Alam II maksud tersebut diundur. Setelah Perang Alam II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu "Dewan Permusjawaratan Geredja-geredja di Indonesia", berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); "Madjelis Oesaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia anggota Timur", berpusat di Makassar (Maret 1947) dan "Madjelis Geredja-geredja anggota Soematera" (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan kawasan ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. [2] Pada tanggal 21-28 Mei 1950 disediakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang ada dalam konferensi tersebut adalah:
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia diubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Pergantian nama itu mengandung perubahan ruang lingkup. Persekutuan adalah bahasa/istilah Alkitab, yang menyentuh segi eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani. Kata "persekutuan" ini semakin mengedepankan keterikatan lahir dan batin antar gereja anggota. Lima Dokumen Keesaan GerejaPGI berupaya terus memperkembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Oleh karena itu, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober 1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan LDKG ini adalah bentuk dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Majelis Pekerja HarianAgenda sehari-hari PGI ditangani oleh "Majelis Pekerja Harian" yang terdiri atas Ketua Umum, beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara, serta sejumlah anggota. Posisi Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009 dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara posisi Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan pada Posisi Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara posisi Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dalam menjalankan roda organisasinya, MPH PGI dibantu oleh sejumlah Departemen dan Bidang, yaitu Departemen Perempuan & Anak, Departemen Pemuda & Remaja, Anggota Koinonia, Anggota Marturia, dan Anggota Diakonia. Selain itu berada pula Biro Komunikasi, Penelitian dan Pengembangan. KeanggotaanPGI ada dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah Sinode Gereja-gereja Anggota PGISaat ini terdapat 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI, yang mengembang dari 26[3][4] PGI WilayahSaat ini terdapat 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah[5]
Selain menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Alam (WCC) Syarat-syarat KeanggotaanBerikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Anggota PGI:
Tokoh PGI
Lihat pula
ReferensiPranala luar
edunitas.com Page 4Tags (tagged): persekutuan, kerjasama antar gereja, gereja indonesia, center, of studies, kerjasama antar, gereja, unkris, oleh almarhum, paulus, lumoindong tujuan, bukti, akan kerinduan, para, hamba tuhan terwujudnya, kekristenan indonesia, referensi, pekagi on pelayanan, persekutuan baptis, indonesia, persekutuan gereja, tersembunyi, rintisan bertopik kristen, rintisan bertopik, persekutuan kerjasama antar, gereja gereja, program kuliah pegawai, kelas weekend, kelas, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 5Tags (tagged): persekutuan, kerjasama antar gereja, gereja indonesia, center, of studies, kerjasama antar, gereja, unkris, oleh almarhum, paulus, lumoindong tujuan, bukti, akan kerinduan, para, hamba tuhan terwujudnya, kekristenan indonesia, referensi, pekagi on pelayanan, persekutuan baptis, indonesia, persekutuan gereja, tersembunyi, rintisan bertopik kristen, rintisan bertopik, persekutuan kerjasama antar, gereja gereja, program kuliah pegawai, kelas weekend, kelas, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 6Tags (tagged): persekutuan, kerjasama antar gereja, gereja indonesia, pusat, ilmu pengetahuan, kerjasama antar, gereja, unkris, oleh almarhum, paulus, lumoindong tujuan, bukti, akan kerinduan, para, hamba tuhan terwujudnya, kekristenan indonesia, referensi, pekagi on pelayanan, persekutuan baptis, indonesia, persekutuan gereja, tersembunyi, rintisan bertopik kristen, rintisan bertopik, persekutuan kerjasama antar, gereja gereja, program kuliah pegawai, kelas weekend, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia Page 7Tags (tagged): persekutuan, kerjasama antar gereja, gereja indonesia, pusat, ilmu pengetahuan, kerjasama antar, gereja, unkris, oleh almarhum, paulus, lumoindong tujuan, bukti, akan kerinduan, para, hamba tuhan terwujudnya, kekristenan indonesia, referensi, pekagi on pelayanan, persekutuan baptis, indonesia, persekutuan gereja, tersembunyi, rintisan bertopik kristen, rintisan bertopik, persekutuan kerjasama antar, gereja gereja, program kuliah pegawai, kelas weekend, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia Page 8Logo PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris: Church Council in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI[1]) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyalakan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia." SejarahPada tanggal 6-13 November 1949 disediakan "Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia". Sebelum Perang Dunia II telah diupayakan mendirikan suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending; namun karena pecahnya Perang Dunia II maksud tersebut diundur. Setelah Perang Dunia II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu "Dewan Permusjawaratan Geredja-geredja di Indonesia", berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); "Madjelis Oesaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia anggota Timur", berpusat di Makassar (Maret 1947) dan "Madjelis Geredja-geredja anggota Soematera" (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan kawasan ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. [2] Pada tanggal 21-28 Mei 1950 disediakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang ada dalam konferensi tersebut adalah:
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia diubah dibuat menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Persekutuan adalah bahasa/istilah Alkitab, yang menyentuh anggota eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani. Kata "persekutuan" ini semakin mengedepankan keterikatan lahir dan batin antar gereja anggota. Lima Dokumen Keesaan GerejaPGI berupaya terus mengembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Oleh karenanya, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober 1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan LDKG ini merupakan bangun dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Majelis Pekerja HarianAcara sehari-hari PGI ditangani oleh "Majelis Pekerja Harian" yang terdiri atas Ketua Umum, beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara, serta sebanyak anggota. Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009 dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan pada Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dalam menjalankan roda organisasinya, MPH PGI ditolong oleh sebanyak Departemen dan Bidang, yaitu Departemen Perempuan & Anak, Departemen Pemuda & Remaja, Anggota Koinonia, Anggota Marturia, dan Anggota Diakonia. Selain itu ada pula Biro Komunikasi, Penelitian dan Pengembangan. KeanggotaanPGI ada dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah Sinode Gereja-gereja Anggota PGISaat ini ada 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI, yang mengembang dari 26[3][4] PGI WilayahSaat ini ada 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah[5]
Selain dibuat menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga dibuat menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC) Syarat-syarat KeanggotaanBerikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dibuat menjadi Anggota PGI:
Tokoh PGI
Lihat pula
ReferensiTautan luar
edunitas.com Page 9Logo PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris: Church Council in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI[1]) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyalakan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia." SejarahPada tanggal 6-13 November 1949 dipersiapkan "Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia". Sebelum Perang Dunia II telah diupayakan membangun suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending; namun karena pecahnya Perang Dunia II maksud tersebut diundur. Setelah Perang Dunia II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu "Dewan Permusjawaratan Geredja-geredja di Indonesia", berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); "Madjelis Oesaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia anggota Timur", berpusat di Makassar (Maret 1947) dan "Madjelis Geredja-geredja anggota Soematera" (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan kawasan ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. [2] Pada tanggal 21-28 Mei 1950 dipersiapkan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang ada dalam konferensi tersebut adalah:
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia diubah diproduksi menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Persekutuan adalah bahasa/istilah Alkitab, yang menyentuh anggota eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani. Kata "persekutuan" ini semakin mengedepankan keterikatan lahir dan batin antar gereja anggota. Lima Dokumen Keesaan GerejaPGI berupaya terus mengembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Oleh karenanya, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober 1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan LDKG ini merupakan bangun dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Majelis Pekerja HarianAcara sehari-hari PGI ditangani oleh "Majelis Pekerja Harian" yang terdiri atas Ketua Umum, beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara, serta sebanyak anggota. Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009 dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan pada Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dalam menjalankan roda organisasinya, MPH PGI ditolong oleh sebanyak Departemen dan Bidang, yaitu Departemen Perempuan & Anak, Departemen Pemuda & Remaja, Anggota Koinonia, Anggota Marturia, dan Anggota Diakonia. Selain itu ada pula Biro Komunikasi, Penelitian dan Pengembangan. KeanggotaanPGI ada dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah Sinode Gereja-gereja Anggota PGIKetika ini ada 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI, yang mengembang dari 26[3][4] PGI WilayahKetika ini ada 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah[5]
Selain diproduksi menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga diproduksi menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC) Syarat-syarat KeanggotaanBerikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk diproduksi menjadi Anggota PGI:
Tokoh PGI
Lihat pula
ReferensiTautan luar
edunitas.com Page 10Logo PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris: Church Council in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI[1]) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyalakan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia." SejarahPada tanggal 6-13 November 1949 dipersiapkan "Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia". Sebelum Perang Dunia II telah diupayakan membangun suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending; namun karena pecahnya Perang Dunia II maksud tersebut diundur. Setelah Perang Dunia II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu "Dewan Permusjawaratan Geredja-geredja di Indonesia", berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); "Madjelis Oesaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia anggota Timur", berpusat di Makassar (Maret 1947) dan "Madjelis Geredja-geredja anggota Soematera" (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan kawasan ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. [2] Pada tanggal 21-28 Mei 1950 dipersiapkan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang ada dalam konferensi tersebut adalah:
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia diubah diproduksi menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Persekutuan adalah bahasa/istilah Alkitab, yang menyentuh anggota eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani. Kata "persekutuan" ini semakin mengedepankan keterikatan lahir dan batin antar gereja anggota. Lima Dokumen Keesaan GerejaPGI berupaya terus mengembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Oleh karenanya, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober 1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan LDKG ini merupakan bangun dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Majelis Pekerja HarianAcara sehari-hari PGI ditangani oleh "Majelis Pekerja Harian" yang terdiri atas Ketua Umum, beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara, serta sebanyak anggota. Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009 dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan pada Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dalam menjalankan roda organisasinya, MPH PGI ditolong oleh sebanyak Departemen dan Bidang, yaitu Departemen Perempuan & Anak, Departemen Pemuda & Remaja, Anggota Koinonia, Anggota Marturia, dan Anggota Diakonia. Selain itu ada pula Biro Komunikasi, Penelitian dan Pengembangan. KeanggotaanPGI ada dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah Sinode Gereja-gereja Anggota PGIKetika ini ada 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI, yang mengembang dari 26[3][4] PGI WilayahKetika ini ada 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah[5]
Selain diproduksi menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga diproduksi menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC) Syarat-syarat KeanggotaanBerikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk diproduksi menjadi Anggota PGI:
Tokoh PGI
Lihat pula
ReferensiTautan luar
edunitas.com Page 11Logo PGI Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia - PGI (bahasa Inggris: Church Council in Indonesia (CCI); dulu disebut "Dewan Gereja-gereja di Indonesia" - DGI[1]) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyalakan bahwa tujuan pembentukannya adalah "mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia." SejarahPada tanggal 6-13 November 1949 disediakan "Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia". Sebelum Perang Dunia II telah diupayakan mendirikan suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending; namun karena pecahnya Perang Dunia II maksud tersebut diundur. Setelah Perang Dunia II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu "Dewan Permusjawaratan Geredja-geredja di Indonesia", berpusat di Yogyakarta (Mei 1946); "Madjelis Oesaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia anggota Timur", berpusat di Makassar (Maret 1947) dan "Madjelis Geredja-geredja anggota Soematera" (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan kawasan ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. [2] Pada tanggal 21-28 Mei 1950 disediakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang STT Jakarta). Yang ada dalam konferensi tersebut adalah:
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja-gereja di Indonesia diubah dibuat menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Persekutuan adalah bahasa/istilah Alkitab, yang menyentuh anggota eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani. Kata "persekutuan" ini semakin mengedepankan keterikatan lahir dan batin antar gereja anggota. Lima Dokumen Keesaan GerejaPGI berupaya terus mengembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Oleh karenanya, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober 1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan LDKG ini merupakan bangun dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Majelis Pekerja HarianAcara sehari-hari PGI ditangani oleh "Majelis Pekerja Harian" yang terdiri atas Ketua Umum, beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara, serta sebanyak anggota. Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009 dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan pada Letak Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara letak Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Dalam menjalankan roda organisasinya, MPH PGI ditolong oleh sebanyak Departemen dan Bidang, yaitu Departemen Perempuan & Anak, Departemen Pemuda & Remaja, Anggota Koinonia, Anggota Marturia, dan Anggota Diakonia. Selain itu ada pula Biro Komunikasi, Penelitian dan Pengembangan. KeanggotaanPGI ada dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah Sinode Gereja-gereja Anggota PGISaat ini ada 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI, yang mengembang dari 26[3][4] PGI WilayahSaat ini ada 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah[5]
Selain dibuat menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga dibuat menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC) Syarat-syarat KeanggotaanBerikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dibuat menjadi Anggota PGI:
Tokoh PGI
Lihat pula
ReferensiTautan luar
edunitas.com |