You're Reading a Free Preview Academia.edu no longer supports Internet Explorer. To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
fikriamiruddin.com - Pada dasarnya semua ilmu pengetahuan itu saling berhubungan satu dengan lainnya. Namun, hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan, ada yang pertengahan dan ada pula yang agak jauh. Ilmu-ilmu yang ada hubungannya dengan ilmu akhlak dan dapat dikategorikan berdekatan antara lain adalah ilmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu pendidikan, ilmu jiwa dan ilmu filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu yang hubungannya dengan ilmu akhlak dapat dikategorikan pertengahan adalah ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu sejarah, dan ilmu antropologi. Adapun yang dikategorikan sebagai ilmu-ilmu yang agak jauh hubungannya dengan ilmu akhlak adalah ilmu fisika, biologi, dan ilmu politik. Dalam uraian ini hubungan ilmu akhlak dengan yang lainnya hanya dibatasi pada ilmu-ilmu yang memiliki hubungan sangat erat, sebagaimana tersebut di atas, dan diuraikan sebagai berikut. Para pakar ilmu tasawuf, pada umumnya membagi tasawuf menjadi tiga bagian, yakni tasawuf falsafi, tasawuf akhlaki, dan tasawuf amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya adalah sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela, serta menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian, dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf, seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia. Ketiga macam tasawuf itu berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Pada tasawuf falsafi, pendekatan yang digunakan adalah rasio atau akal pikiran, karena dalam tasawuf ini digunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat mengenai Tuhan, manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya. Pada tasawuf akhlaki, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya terdiri dari takhalli (mengosongkan diri dari akhlak yang buruk). Kemudian tahalli (menghiasinya dengan akhlak yang terpuji), dan tajalli (yaitu terbukanya dinding penghalang (hijab) yang membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga Nur Ilahi tampak jelas padanya). Sedangkan pada tasawuf amali, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliyah yang selanjutnya mengambil bentuk tarekat. Dengan mengamalkan tasawuf, baik yang bersifat falsafi, akhlaki atau amali, seseorang dengan sendirinya menjadi berakhlak baik. Perbuatan yang demikian itu dilakukannya dengan sengaja, sadar, atas dasar pilihan sendiri dan bukan karena keterpaksaan. Menurut Harun Nasution, ketika seseorang mempelajari tasawuf ternyata menjadi jelas bahwa al-Qur’an dan al-Hadits sangat mementingkan akhlak. Kedua sumber Islam tersebut menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kemasyarakatan, keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, sifat ramah, bersih hati, berani, kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berpikiran lurus. Baca Juga: Pentingnya Akhlak dalam Islam Nilai-nilai serupa itulah yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinya semenjak ia masih kecil. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf persoalan ibadah amat menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji baik sebagai ibadah khusus maupun ibadah umumnya. Kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dan termasuk aktivitas tasawuf ini adalah erat hubungannya dengan akhlak. Dengan demikian, ibadah dalam Islam itu erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al-Qur’an dikaitkan dengan takwa, dan takwa itu berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, yakni orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Tegasnya, orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia, dan di sini kaum sufi-lah orang yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Dalam istilah sufi dikenal sebagai jargon “Berbudi pekertilah dengan budi pekerti Allah,” yakni berkarakterlah sebagaimana karakter Allah. Selain menjelaskan hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf, perlu diketahui bahwa ajaran Islam memiliki tiga sendi ajaran: (1) akidah, yang meliputi enam rukun Iman, (2) syari’ah, yang meliputi lima rukun Islam dan (3) ihsan, yang meliputi hubungan baik terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lain ciptaan Allah Swt. Dari ketiga sendi Islam di atas dapat dipahami bahwa akhlak berfungsi mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Bahkan inti dari ajaran Nabi Muhammad Saw merupakan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Kedudukan tasawuf dalam Islam merupakan aspek yang memberikan pengalaman batin kepada manusia yang melahirkan kematangan spiritual dalam rangka memperoleh ma’rifah Allah. Jadi, dengan demikian hubungan akhlak dengan tasawuf dalam Islam ialah bahwa apabila akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri. Imam Ghazali, dalam hal ini cenderung tidak memisahkan antara akhlak dan tasawuf. Menurutnya, tasawuf itu adalah budi pekerti dan barangsiapa yang menyiapkan bekal budi pekerti, maka berarti akan menyiapkan bekal tasawuf. Baca Juga: Kedudukan Akhlak dalam Islam Berbeda dengan Syekh Amin al-Kurdy yang berpendapat bahwa akhlak memiliki makna yang lebih luas dibanding dengan tasawuf. Menurutnya, sesungguhnya tasawuf itu memiliki lima prinsip yang berbasis dengan takwa, mengikuti sunnah, menahan diri, ridha dan tobat. Kelima unsur tersebut merupakan deskripsi dari kondisi rohani yang sangat transenden yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah Swt. Sedangkan akhlak itu memiliki makna yang luas, yakni terkait dengan perihal hubungan antar sesama manusia, antara manusia dengan Allah dan antara manusia dengan makhluk selainnya. Mungkin cukup sekian pembahasan kali ini, silahkan baca juga: Objek Kajian Ilmu Akhlak dan Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak. Terima kasih banyak dan semoga bermanfaat.
A. Latarbelakang Masalah Setiap ilmu yang ada semuanya saling berkaitan dan saling berhubungan, kadang kala untuk menjelaskah sebuah pembahasan seseorang membutuhkan ilmu lain untuk menemukan jawabannya. Misalnya seseorang yang ingin belajar shalat, maka ia harus bisa membaca teks bacaan arab. Begitu juga disini pada makalah ini kami akan menjelaskan hubungan ilmu akhlah dengan ilmu-ilmu lain. B. Rumusan masalah 1) Bagaimanakah hubungan ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf ? 2) Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid? 3) Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa ? 4) Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan? 5) Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat? C. Manfaat penulisan 1) Menjelaskan hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf. 2) Menjelaskan hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid 3) Menjelaskan hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Ilmu Jiwa. 4) Menjelaskan hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Ilmu Pendidikan. 5) Menjelaskan hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat.
Pembahasan Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Yang Lainnya
Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak dapat
dikategorikan berdekatan antara lain Ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu
Pendidikan, Ilmu Jiwa, dan Ilmu Filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu yang
dikategorikan mempunyai hubungan pertengahan dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu Hukum,
Ilmu Sosial, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi. Sedangkan Ilmu yang
dikategorikan mempunyai hubungan agak jauh adalah Ilmu Fisika, Ilmu Biologi,
dan Ilmu Politik. Filsafat merupakan pusat semua ilmu pengetahuan dan Akhlak adalah salah satu ilmu cabang dari filsafat. Berbagai ilmu di bawah naungan filsafat, di mana ia sebagai pusat asal mulanya ilmu, maka antara cabang satu dengan yang cabang lainnya ada hubungan.
Para ahli tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga
bagian. Pertama tasawuf falsafi, tasawuf akhlaqi dan tasawuf amali. Ketiga macam
tasawuf ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan mensucikan diri dengan
perbuatan yang terpuji.
Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf,
seseorang harus menjadi orang yang berakhlak mulia. Ketiga macam tasawuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Pada tasawuf falsafi, pendekatan yang dipakai adalah pendekatan yang rasio atau akal pikiran, karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, dan lain sebagainya. Dalam pembinaan tasawuf system pembinaan akhlaknya dengan dua langkah yaitu: a) Takhalli b) tahalli B. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid sebagaimana dikemukakan Harun Nasution adalah
ilmu yang membahas tentang cara-cara meng-Esakan Tuhan, sebagai salah satu
sifat yang terpenting diantara sifat-sifat tuhan lainnya.
Selain itu ilmu ini juga disebut sebagai Ilmu Ushul al-Din dan oleh
karena itu buku yang membahas soal-soal teologi dalam islam selalu diberikan
nama Kitab Ushul al-Din. Dinamakan demikian karena masalah tauhid
termasuk masalah yang pokok dalam ajaran islam.
Selanjutnya ilmu tauhid disebut pula ilmu kalam yang secara
harfiah berarti ilmu tentang kata-kata. Selanjutnya kalau yang dimaksud kalam
adalah kata-kata manusia, maka yang dimaksut dengan ilmu kalam adalah ilmu yang
membahas tantang kata-kata atau silat lidah dalam rangka mempertahankan
pendapat dan pendirian masing-masing.
Dari berbagai istilah yang berkaitan dengan Ilmu Tauhid itu
kita dapat memperoleh kesan yang dalam bahwa Ilmu Tauhid itu pada intinya
berkaitan dengan segala sifat dan perbuatanya.Termasuk pula dalam pembahasan
dalam ILmu Tauhid ini adalah mengenai rukun islam yang keenam, yaitu iman
kepada Allah, para malaikat, kitap-kitap yang diturunkannya, para rasul, hari
kiamat, dan ketentuannya atau qada dan qadar-nya. Selain itu dalam ilmu ini
dibahas pula tentang keimanan terhadap hal-hal yang akan terjadi di akhir
nanti. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid ini sekurang-kurangnya dapat dilihat melalui beberapa analisis sebagai berikut.
Hubungan antara akhlak dengan jiwa mempunyai pertalian yang erat dan kuat. Objek penyelidikan jiwa adalah kekuatan perasaan, paham, mengenal, ingatan, kehendak, kebebasan, khayal, rasa kasih, kelezatan dan rasa sakit. Adapun akhlak memerlukan apa yang dipersoalkan oleh ilmu jiwa terebut. Dapat dikatakan bahwa ilmu jiwa adalah sebagai pendahuluan dalam ilmu akhlak.
Artinya: Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya,
Artinya: (Tuhan) yang Maha pemurah. Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Tentang musuhnya, penggunaan waktunya, beban amanat yang dipikulnya, konsekuensi usaha perbuatannya, keterkaitannya dengan moralitas dan akhlak, kepemimpinannya, ibadahnya dan kehidupannya di akhirat. Yang masing-masing telah ada di dalam Al-Qur’an.
D. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan Ilmu Pendidikan sebagai dijumpai dalam berbagai literatur banyak berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini antara lain dibahas tentang rumusan tujuan pendidikan, materi pelajaran(kurikulim), guru, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, bimbingan, proses belajar-mengajar dan lain sebagainya.
E. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat Filsafat sebagaimana diketahui adalah suatu upaya berpikir mendalam, radikal, sampai keakar-akarnya, universal dan sistematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat mengenai segala sesuatu. Di antara obyek pemikiran filsafat ang erat kaitannya dengan Ilmu Akhlak adalah tentang manusia.
A. Kesimpulan Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak dapat dikategorikan berdekatan antara lain Ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa, dan Ilmu Filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu yang dikategorikan mempunyai hubungan pertengahan dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu Hukum, Ilmu Sosial, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi. Sedangkan Ilmu yang dikategorikan mempunyai hubungan agak jauh adalah Ilmu Fisika, Ilmu Biologi, dan Ilmu Politik.
B. Saran Dalam menulis makalah ini pemakalah sangatlah dangkal pengetahuannya, apalagi masalaih ini merupakan hal yang paling penting yang harus diketahui oleh seluruh manusia, dan selalu dilakukan oleh setiap manusia. Oleh sebab itu, penulis sangat berharap kiranya ada masukan dan tambahan untuk menyempurnakan isi makalah ini. Yatimi Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2007. Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 1998. Harun Nasutian, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Mizan, Bandung, 1995. Abuddun Nata, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo, Jakarta, 2006. Related Posts : |