Setelah kita sudah memahami akuntansi untuk perusahaan dagang, sekarang kita akan sama-sama mempelajari terkait persediaan barang dagangan atau yang kita sebut dengan Inventory. Persediaan barang dagang diklasifikasi sesuai dengan karakteristik perusahaan tersebut, apakah bentuknya adalah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur. Untuk perusahaan dagang kita akan mengenalnya dengan sebutan Merchandise Inventory, yaitu persediaan barang dagangan yang dimiliki oleh perusahaa barang dagang. Adapun karakteristik utama dari persediaan ini adalah dimiliki oleh perusahaan yang siap untuk dijual kepada konsumen. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, disebut dengan manufacturing inventory. Adapun karakteristik utama dari persediaan ini adalah ada beberapa jenis inventory belum siap untuk dijual kepada customer. Inventory perusahaan ini terdiri dari : (1) Finished Goods Inventory, yaitu barang yang telah selesai diproduksi dan siap untuk dijual, (2) Work in Process, yaitu barang yang belum selesai diproduksi atau masih dalam proses produksi, (3) Raw Material Inventory, yaitu bahan dasar yang akan digunakan untuk produksi. Sistem Inventory Terdapat dua jenis sistem inventory yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Kita akan sama-sama melihat perbedaan dari dua jenis sistem inventory ini : Dalam perpetual system, Cost of Goods Sold (COGS) diperoleh setiap terjadi transaksi penjualan. Pada periodic system, perusahaan melakukan perhitungan fisik persediaan pada akhir periode untuk menentukan saldo akhir persediaan secara fisik dan juga menghitung COGS pada akhir periode. Oleh karena itu, apabila terjadi transaksi penjualan ataupun pembelian perusahaan tidak menggunakan akun Inventory ataupun COGS karena di akhir periode akan dilakukan stock opname untuk menentukan jumlah fisik dan nominal inventory dan harga pokok penjualan pada satu periode. Namun apapun sistemnya, baik sistem periodik dan perpetual, perlu dilakukan penghitungan fisik persediaan pada akhir periode untuk mengecek keakuratan pencatatan persediaan menggunakan perpetual dan untuk menentukan jumlah inventory yang hilang karena rusak atau dicuri baik oleh pelanggan maupun karyawan. Nilai dari Inventory tepatnya persediaan akhir dalam bentuk nominal dilaporkan pada laporan keuangan statement of financial position. Pada saat menghitung nilai persediaan akhir, ada beberapa yang perlu diperhatikan terkait kepemilikan barang dagangan tersebut, seperti di bawah ini: Untuk menentukan jumlah fisik persediaan barang dagangan yang dimiliki oleh perusahaan, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Adakah barang yang memang tidak ada lagi di gudang atau tempat penyimpanan milik perusahaan namun barang tersebut sedang berada dalam perjalanan misalnya di dalam truk, kereta api, kapal, pesawat, dan alat transportasi lainnya. Hal ini perlu diperhatikan terkait syarat penjualannya yaitu apakah berbentuk FOB (free on board) shipping point, yaitu kepemilikan berpindah saat penjual menyerahkan barang kepada pengangkut atau FOB destination, yaitu kepemilikan berpindah saat barang telah sampai ke gudang pembeli. 2. Consigned goods Barang konsinyasi (consigned goods) adalah barang yang ada dalam gudang perusahaan namun bukan milik perusahaan karena merupakan barang titipan. Barang konsinyasi ini dikecualikan dalam perhitungan persediaan akhir. Pada persediaan barang dagangan perlu adanya pengelolaan persediaan agar supaya persediaan terjaga kuantitas dan kualitas serta melindung persediaan dari risiko hilang atau rusak. Terkait kecukupan persediaan yang menjadi perhatian khusus perusahaan adalah perlu adanya analisa terkait kebutuhan atau kecukupan persediaan, sampai batas seperti apa persediaan itu dijaga. Dalam mengelola persediaan, kita dapat menggunakan rasio untuk menganalisa perputaran persediaan pada satu periode. Adapun rasio yang biasa digunakan adalah analisa inventory turnover ratio, yaitu Inventory turnover ratio =Cost of Goods Sold / Average Inventory Days in inventory = 365 days / Inventory Turnover Ratio Yang perlu diperhatikan adalah analisa dari hasil hitungan rasio di atas. Jika Inventory turnover ratio yang tinggi (days in inventory rendah) menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai investasi minimal pada persediaan. Walaupun inventory turnover ratio yang tinggi menunjukkan efisiensi, namun jika terlalu tinggi juga mengindikasikan bahwa perusahaan dapat saja kehilangan kesempatan menjual lebih besar karena kekurangan persediaan. Jika pelanggan kecewa karena tidak ada persediaan, besar kemungkinan pelanggan akan berpindah ke pesaing perusahaan. Selain itu melakukan pengendalian internal terkait pengelolaan inventory perusahaan seperti melakukan stock opname rutin setiap periode yang sudah distandarkan, adanya pembatasan akses menuju gudang misalnya menentukan pihak-pihak yang dapat mengakses gudang, bisa menggunakan teknologi penggunaan pintu dengan kode pengaman, adanya CCTV dan yang terpenting catatan barang masuk dan keluar yang jelas, konsisten dan benar baik pada sistem ataupun di lapangan. Dengan adanya penjualan yang sedang tinggi-tingginya, peningkatan permintaan yang besar, jika tidak ada kontrol pada persediaan barang dagangan maka perusahaan berpotensi mengalami kerugian akibat adanya sistem pengendalian internal yang buruk. Untuk itu, pastikan setiap barang dagangan yang dibeli dan dijual telah sesuai dengan permintaan, tanpa kerusakan dan keamanannya supaya customer merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dan lakukan stock opname secara berkala untuk menghindari adanya risiko pencatatan ataupun risiko kehilangan dan keusangan persediaan barang dagangan. REFERENSI Weygandt, Kimmel, Kieso. (2013). Financial Accounting, IFRS Edition. 2nd Edition. JWS. New Jersey. Chapter 6
Persediaan merupakan bagian penting dalam proses berjalannya suatu perusahaan. Dikatakan demikian karena persedian terbilang sangat menentukan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan nantinya. Jika persediaan yang dimiliki sangat memadai, maka bukan tidak mungkin ada harapan keuntungan yang bisa di capai, namun akan sebaliknya, jika persediaan kurang memadai maka akan berdampak pada menurunnya tingkat keuntungan perusahaan bersangkutan. Dan berikut ini ada dua sistem pencatatan untuk persediaan, yaitu : a) Sistem pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System) b) Sistem pencatatan persediaan periodik (Periodic Inventory System) 1. Sistem Perpetual/Metode Buku Disebut sistem perpetual karena pencatatan akuntansinya dilakukan secara kontinyu (perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau harga pokoknya. Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat. Sistem ini seringkali diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga per unit relatif mahal dan setiap unit barang dimungkinkan memiliki variasi spesifikasi sesuai dengan keinginan konsumen. Contoh perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil, perusahaan pesawat terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Sistem perpetual ini juga bisa diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas dikarena penggunaan wide spreadsheet yang disediakan oleh computer dan penggunaan scanner untuk mengidentifikasi setiap item persediaan. Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual adalah sebagai berikut: a. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan. b. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan. c. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan. d. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan. e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di kredit. f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar pembantu untuk setiap jenis/item persediaan. 2. Sistem Periodik/Metode Fisik Disebut sistem periodik karena penghitungan jumlah dan nilai persediaan hanya akan diketahui pada akhir periode saja untuk penyiapan pembuatan laporan keuangan. Setiap terjadi transaksi pembelian barang maupun penjualan barang akun persediaan tidak pernah dimutasi atau tidak pernah didebit jika adapembelian atau dikredit jika ada penjualan. Akun persediaan akan diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum penyusunan laporan keuangan melalui penghitungan fisik persediaan (stock opname) di gudang. Saat ini sangat sedikit perusahaan yang menerapkan system periodik kecuali untuk perusahaan kecil yang menjual barang barang tertentu secara eceran dengan harga yang murah missal permen, korek api, dan lain lain. Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah sebagai berikut: a) Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun pembelian. b) Tidak ada pencatatan pada akun persediaan. c) Beban angkut pembelian akan didebit pada akun beban angkut pembelian. d) Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan pembelian. e) Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai pembelian. f) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian persediaan akhir. sumber : http://docs.smkn1sgs.sch.id/BSE-SMK/konsep%20dasar%20akun%20%26%20pelaporan%20keuangan%203/06%20akuntansi%20jilid%203%20bab%205.pdf Persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual). Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca. Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP). HPP = PERSEDIAAN AWAL+PEMBELIAN BERSIH– PERSEDIAAN AKHIR Untuk mencatat taransaksi-transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan, terdapat 2 metode sebagai berikut : 1. Metode Pisik/Periodik (Periodik/Phisical Inventory System) Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-masing dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian , Retur pembelian , Penjualan dan Retur penjualan. PERIODE AWAL
PEMBELIAN
PENJUALAN
AKHIR PERIODE
Untuk mendapatkan nilai persediaan secara periodik dilakukan perhitungan fisik (Stock Opname). Metode ini sudah mulai ditinggalkan karena secara jelas tidak mendukung integrasi system dimana, sepanjang peridode akuntansi berjalan tidak tersedia data mengenai posisi persediaan. Hal ini menyebabkan data bagian akuntansi kurang mendukung operasional. Laporan neraca dan rugilaba tidak akan dapat dibuat sebelum nilai persediaan diketahui. 2. Metode Perpetual (Continual Inventory System) Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Saldo perkiraan persediaan akan menunjukan saldo persediaan yang sebenarnya. Dengan demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat jurnal penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah berdasarkan harga pokok produksi, baik transaksi pembelian maupun penjualan. Metode ini akan menampilkan dapat menyediakan laporan neraca setiap saat baik untuk di print_out maupun secara visual. A. WAKTU PEMBELIAN
B. WAKTU DISTRIBUSI (PEMAKAIAN)
C. PENERIMAAN HASIL PRODUKSI
PENJUALAN 1. Harga Jual
2. Harga Pokok
PENYESSUAIAN AKHIR 1. JIKA SALDO SEMENTARA < STOCK OPNAME
2. JIKA SALDO SEMENTARA > STOCK OPNAME
Walaupun system perpetual menyediakan data persediaan secara terus menerus namun tetap diperlukan perhitungan fisik yang berfugnsi untuk mencocokan fisik dengan catatan buku. Penilaian Persediaan Masalah-masalah yang timbul dalam penilaian persediaan dalam satu periode adalah : Menetapkan jumlah dan nilai persediaan yang sudah terjual / sudah menjadi biaya. Menentukan jumlah dan nilai persediaan yang belum terjual (yang harus dilaporkan dineraca) Harga Pokok (Cost) dalam persediaan adalah semua pengeluaran-pengeluaran langsung/tidak langsung yang timbul untuk perolehan penyiapan dan penempatan agar persediaan tersebut dapat dijual. Terdapat beberapa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan antara lain harga beli, biaya-biaya pembelian, ongkos angkut, pajak, asuransi, pergudangan dan lain-lain, namun harga pokok barang biasanya hanya terdiri dari harga beli ditambah ongkos angkut sedangkan biaya-biaya lain dicatat sebagai biaya dalam perkiraan tersendiri untuk periode yang bersangkutan. Dalam perusahaan industri maupun perusahaan dagang, transaksi menyangkut persediaan adalah hal pokok yang menyangkut sebagian besar system akuntansi. Untuk itu perlu dibedakan dengan jelas sehingga dapat dipahami bahwa subs system Inventory hanyalah bagian tertentu dari persediaan Subs system yang secara langsung berkaitan dengan persediaan adalah Accounts Payable, Accounts Receivable sedangkan Kas yang telah kita bahas dapat berhubungan secara langsung dan dapat pula tidak. Subs System Inventory, Purchase dan Invoice biasa merupakan subs system khusus mengolah data operasional yang menghasilkan output sebagai bukti transasksi yang digunakan sebagai dasar pecatatan ke buku besar buku jurnal. Persediaan dicatat melalui jurnal Pembelian dan jurnal penjualan sesuai dengan pilihan metode yang dipilih. Pada aplikasi ini adalah system perpetual Inventory. Proses menyusun jurnal transaksi dilakukan oleh aplikasi dari file transaksi sehingga pemakai hanya mencatat transaksi pada formulir elektronik yang disediaakan selanjutnya adalah tugasnya komputer. Setelah membaca dan memahami langkah-langkah yang harus Anda lakukan, maka hal-hal yang harus diperhatikan pada setiap langkah-langkah tersebut adalah: Task 1: Catatlah transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan yang terjadi selama bulan Mei pada PD. ABADI JAYA dengan menggunakan sistem pencatatan fisik/ periodik dan perpetual. Transaksi kegiatan PD. ABADI JAYA dan format jurnal untuk mencatat transaksi (Format 1) dapat anda download pada bagian resources dibawah ini. Untuk materi pencatatannya anda juga bisa mendownload pada bagian resources di bawah ini. Tambahan materi task 1: http://catatan-akt.blogspot.com/2008/01/akuntansi-persediaan-barang.html Task 2: Langkah selanjutnya, hitunglah persediaan akhir menggunakan sistem fisik/periodik. Dalam penentuan nilai persediaan tersebut dapat digunakan beberapa metode yaitu:
Sebelum Anda mengerjakan anda bisa mendownload materi sistem fisik/periodik pada bagian resources di bawah ini. Tambahan materi untuk task 2 dan task selanjutnya: http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/34005-1-479219328987.doc Task 3: Setelah melakukan menghitung persediaan akhir, hal yang harus Anda lakukan adalah melakukan perhitungan Harga Pokok Penjualan dari masing metode pada sistem fisik/periodik (Metode FIFO/MPKP, Metode LIFO/MTKP dan Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang) Task 4: Membuat kesimpulan mana diantara metode penilaian persediaan barang dagangan pada sistem fisik/ periodik yang menghasilkan laba tinggi maupun rendah dan berikan alasannya. Hal ini bisa dilihat dari hasil laba yang diperoleh dari ketiga metode yang Anda gunakan. Buat kolom hasil perhitungan ketiga metode pada sistem fisik/periodik (Metode FIFO/MPKP, Metode LIFO/MTKP dan Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang). Contoh kolom dapat anda lihat pada materi sistem periodik. Untuk format kolom anda dapat mendownload pada bagian resources dibawah ini (Format 2). Task 5: Setelah melakukan perhitungan persediaan akhir secara fisik/periodik, selanjutnya melakukan perhitungan persediaan akhir dan Harga Pokok Penjualan menggunakan sistem perpetual. Langkah-langkahnya hampir sama dengan sistem fisik/periodik yaitu menggunakan tiga metode. Dalam perhitungan perpetual ini, metode yang digunakan yaitu:
Sebelum Anda mengerjakan tugas tersebut, Anda bisa mendownload materi sistem perpetual pada bagian resources di bawah ini. Untuk format perhitungannya Anda bisa menggunakan format yang telah disediakan dengan mendownload pada bagian resources di bawah ini. Task6: Membuat kesimpulan mana diantara metode penilaian persediaan barang dagangan secara perpetual yang menghasilkan laba tinggi maupun rendah dan berikan alasannya. Hal ini bisa dilihat dari hasil laba yang diperoleh dari ketiga metode yang Anda gunakan pada sistem perpetual. Buat kolom hasil perhitungan ketiga metode pada sistem perpetual (Metode FIFO/MPKP, Metode LIFO/MTKP dan Metode Rata-rata atau Rata-rata Bergerak). Untuk format kolom sama dengan format kolom pada perhitungan secara fisik/periodik anda dapat mendownload pada bagian di resources dibawah ini (Format 3). Task 7: Bandingkan dan buatlah kesimpulan dari kedua sistem pencatatan dan penilaian tersebut (fisik/periodik dan perpetual). Mana diantara kedua metode tersebut yang cocok digunakan untuk perusahaan dan berikan alasannya.
Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan untk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan dua sistem yaitu: Sistem Periodik dan Sistem Perpetual. Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang men-debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang atau Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di gudang. Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi. Pada akhir tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya dan ditentukan nilai/harga belinya. Untuk menentukan persediaan yang dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian selama satu periode) dikurangi dengan persediaan akhir periode. Kemudian dibuat dua ayat jurnal penyesuaian. Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun Persediaan sejumlah persediaan awal. Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil inventarisasi fisik barang pada akhir tahun. Jurnalnya mendebet akun Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode. Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing pembelian berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di gudang. Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2006 sebagai berikut: Januari 1 Persediaan 200 unit @ $10 = $2,000 12 Pembelian 400 unit @ $12 = $4,800 26 Pembelian 300 unit @ $11 = $3,300 30 Pembelian 100 unit @ $13 = $1,300 Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2006 adalah 300 unit. Tentukan:
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300 + 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit. Karena harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir sebagai berikut:
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam sistem perpetual.
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu: 200 unit @ $10 = $2,000 400 unit @ $12 = $4,800 100 unit @ $11 = $1,100 Harga pokok penjualan $7,900 Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26 dan 30 Januari 2006 dengan rincian sebagai berikut: 200 unit @ $11 = $2,200 100 unit @ $13 = $1,300 Persediaan akhir $3,500 Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu: 100 unit @ $13 = $1,300 300 unit @ $11 = $3,300 300 unit @ $12 = $3,600 Harga pokok penjualan $8,200 Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian tanggal 1 dan 12 Januari 2006, yaitu: 200 unit @ $10 = $2,000 100 unit @ $12 = $1,200 Persediaan akhir $3,200 3). Metode Rata-rata Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu dibuat perhitungan sebagai berikut:
Harga pokok penjualan = 700 x $ 11.4 = $7,980 Persediaan akhir = 300 x $11.4 = 3,240
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi. Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut:
Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO:
Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis. Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu metode harga eceran dan metode laba kotor. Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga eceran. Contoh: Harga Pokok (Cost) Harga Eceran Persediaan 1 Januari 2005 $ 60,000 $ 100,000 Pembelian Januari 2005 $ 540,000 $ 900,000 Barang tersedia untuk dijual $ 600,000 $ 1,000,000 % Cost thd Harga Eceran= (600,000 : 1,000,000) x 100% = 60% Penjualan $ 700,000 Persediaan akhir $ 300,000 Nilai cost persediaan akhir = 60% x $ 300,000 = $ 180,000 Persediaan akhir ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah dengan pembelian selama satu periode kemudian dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual pada periode yang bersangkutan. Untuk menentukan harga pokok penjualan, penjualan yang telah dicatat dalam rekening penjualan dikurangi dengan laba kotornya. Umumnya laba kotor ini sudah diketahui %-nya. Jika belum diketahui, % laba kotornya digunakan % laba kotor tahun-tahun sebelumnya. Misalkan persediaan awal tahun 2005 $ 100,000 pembelian selama bulan Januari $ 1,200,000 dan penjualan selam bulan Januari menurut rekening buku besar $ 90,000 dan laba kotor 20% dari harga jual, maka persediaan akhir dapat dihitung sebagai berikut: Persediaan 1 Januari 2005 $ 100,000 Pembelian Januari 2005 $ 1,200,000 Barang tersedia untuk dijual $ 1,300,000 Penjualan $ 900,000 Laba Kotor (20% x $ 900,000) $ 180,000 Harga pokok barang yang dijual $ 720,000 Persediaan akhir $ 580,000
Nilai yang disajikan di neraca dpat saja nilai costnya seperti yang telah ditentukan dengan berbagai asumsi arus barang. Nilai yang disajikan di neraca dapat juga nilai pasarnya. Atau dapat juga dipilih yang terendah antara cost dengan harga pasarnya. Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang terendah antara cost dengan harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan mempunyai persediaan dengan cost $ 1,000. Pada akhir tahun harga pasar dari persediaan tersebut adalah $ 900, maka yang disajikan di neraca adalah $ 900. Jika harga pasar barang tersebut adalah $ 1,100, maka yang disajikan di neraca adalah costnya yaitu $ 1,000. Yang dimaksud dengan cost adalah pasar harga yang tidak lebih tinggi dari ceiling dan tidak boleh lebih rendah dari floor. Ceiling adalah taksiran harga jual dikurangi dengan taksiran biaya penjualan barang tersebut. Floor adalah ceiling dikurangi dengan laba normal. Misalkan perusahaan telah menaksir biaya penjualan adalah 2% dari harga jual dan laba kotor yang normal bagi perusahaan itu adalah 20% dari harga jual maka berikut ini diberikan beberapa kemungkinan sebagai berikut:
Dalam kasus A replacement cost berada di antara floor dan ceiling, oleh karena itu replacement cost akan mewakili market untuk dibandingkan dengan cost yaitu $ .65. Ternyata cost $.65 lebih rendah dari market ($.70) oleh karena itu harga yang dilaporkan adalah cost nya yaitu $ .65. Dalam kasus B, replacement cost yang $.60 berada di antara ceiling, dan floor oleh karena itu replacement cost dapat mewakili market kemudian dibandingkan dengan cost $.65. Ternyata market lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalah market. Dalam Kasus C, replacement cost $.50 ternyata dibawah floor maka market diwakili oleh floor, kemudian dibandingkan dengan cost, ternyata floor lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalah floor Dalam kasus D, replacement cost di bawah floor, maka market diwakili oleh floor dan dibandingkan dengan cost. Ternyata cost lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalah cost. Begitu juga kasus E. Dalam kasus F, replacement cost di atas ceiling, sehingga ceiling, mewakili market dan dibandingkan dengan cost, ternyata lebih rendah, sehingga yang disajikan di neraca adalah ceiling,. SOAL LATIHAN SOAL 1 Berikut ini disajikan data persediaan dari PT ABC untuk bulan Januari 2006:
Diminta:
SOAL 2 Persediaan per 1 Januari 2007 at cost Rp 6.000.000,00 sementara itu harga ecerannya Rp 10.000.000,00. Pembelian bulan Januari Rp 30.000.000,00, kemudian ditetapkan harga ecerannya Rp 50.000.000,00. Menurut data penjualan dari pita yang ada pada cash register, penjualan selama bulan Januari Rp 40.000.000,00. Berdasarkan informasi di atas, tentukan cost persediaan akhir dengan menggunakan metode harga eceran. SOAL 3 Persediaan pada tanggal 1 Januari 2007 Rp 2.000.000,00. Selama bulan Januari perusahaan telah membeli barang dengan harga Rp 10.000.000,00. Penjualan bulan Januari sebesar Rp 11.000.000,00. Laba kotor ditetapkan oleh perusahaan sebesar 25% dari harga jual. Berdasarkan data di atas, tentukan cost persediaan akhir dengan menggunakan metode laba kotor. Diposkan oleh Arif Nurhuda di 06:41 Label: Dasar-Dasar Akuntansi Persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual). Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca. Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP). HPP = PERSEDIAAN AWAL+PEMBELIAN BERSIH– PERSEDIAAN AKHIR Untuk mencatat taransaksi-transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan, terdapat 2 metode sebagai berikut : 1. Metode Pisik/Periodik (Periodik/Phisical Inventory System) Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-masing dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian , Retur pembelian , Penjualan dan Retur penjualan. PERIODE AWAL
PEMBELIAN
PENJUALAN
AKHIR PERIODE
Untuk mendapatkan nilai persediaan secara periodik dilakukan perhitungan fisik (Stock Opname). Metode ini sudah mulai ditinggalkan karena secara jelas tidak mendukung integrasi system dimana, sepanjang peridode akuntansi berjalan tidak tersedia data mengenai posisi persediaan. Hal ini menyebabkan data bagian akuntansi kurang mendukung operasional. Laporan neraca dan rugilaba tidak akan dapat dibuat sebelum nilai persediaan diketahui. 2. Metode Perpetual (Continual Inventory System) Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Saldo perkiraan persediaan akan menunjukan saldo persediaan yang sebenarnya. Dengan demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat jurnal penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah berdasarkan harga pokok produksi, baik transaksi pembelian maupun penjualan. Metode ini akan menampilkan dapat menyediakan laporan neraca setiap saat baik untuk di print_out maupun secara visual. A. WAKTU PEMBELIAN
B. WAKTU DISTRIBUSI (PEMAKAIAN)
C. PENERIMAAN HASIL PRODUKSI
PENJUALAN 1. Harga Jual
2. Harga Pokok
PENYESSUAIAN AKHIR 1. JIKA SALDO SEMENTARA < STOCK OPNAME
2. JIKA SALDO SEMENTARA > STOCK OPNAME
Walaupun system perpetual menyediakan data persediaan secara terus menerus namun tetap diperlukan perhitungan fisik yang berfugnsi untuk mencocokan fisik dengan catatan buku. Penilaian Persediaan Masalah-masalah yang timbul dalam penilaian persediaan dalam satu periode adalah : Menetapkan jumlah dan nilai persediaan yang sudah terjual / sudah menjadi biaya. Menentukan jumlah dan nilai persediaan yang belum terjual (yang harus dilaporkan dineraca) Harga Pokok (Cost) dalam persediaan adalah semua pengeluaran-pengeluaran langsung/tidak langsung yang timbul untuk perolehan penyiapan dan penempatan agar persediaan tersebut dapat dijual. Terdapat beberapa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan antara lain harga beli, biaya-biaya pembelian, ongkos angkut, pajak, asuransi, pergudangan dan lain-lain, namun harga pokok barang biasanya hanya terdiri dari harga beli ditambah ongkos angkut sedangkan biaya-biaya lain dicatat sebagai biaya dalam perkiraan tersendiri untuk periode yang bersangkutan. Dalam perusahaan industri maupun perusahaan dagang, transaksi menyangkut persediaan adalah hal pokok yang menyangkut sebagian besar system akuntansi. Untuk itu perlu dibedakan dengan jelas sehingga dapat dipahami bahwa subs system Inventory hanyalah bagian tertentu dari persediaan Subs system yang secara langsung berkaitan dengan persediaan adalah Accounts Payable, Accounts Receivable sedangkan Kas yang telah kita bahas dapat berhubungan secara langsung dan dapat pula tidak. Subs System Inventory, Purchase dan Invoice biasa merupakan subs system khusus mengolah data operasional yang menghasilkan output sebagai bukti transasksi yang digunakan sebagai dasar pecatatan ke buku besar buku jurnal. Persediaan dicatat melalui jurnal Pembelian dan jurnal penjualan sesuai dengan pilihan metode yang dipilih. Pada aplikasi ini adalah system perpetual Inventory. Proses menyusun jurnal transaksi dilakukan oleh aplikasi dari file transaksi sehingga pemakai hanya mencatat transaksi pada formulir elektronik yang disediaakan selanjutnya adalah tugasnya komputer. Like this:Suka Be the first to like this post. SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN Tipe Persediaan Persediaan produk Jadi Persediaan Produk Dalam Proses Persediaan Bahan Baku Persediaan Bahan Penolong Persediaan Bahan Habis Pakai, Suku Cadang Metode Pencatatan Persediaan Metode Mutasi Persediaan (perpetual) Metode Persediaan Fisik (physical) Metode Penentuan Harga Pokok Metode FIFO Metode LIFO Metode Avarage Prosedur Pencatatan Produk Jadi Dokumen : Laporan produk selesai dan bukti memorial. Catatan akuntansi : kartu gudang, kartu persediaan dan jurnal umum. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi Yang Dijual Dokumen : Surat order pengiriman dan faktur penjualan. Catatan akuntansi : Kartu gudang, kartu persediaan dan jurnal umum. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Yang DIterima kembali Dari Pembeli Dokumen : Laporan penerimaan barang dan memo kredit. Catatan akuntansi : kartu gudang, kartu persediaan dan jurna umum. Prosedur Pencatatan Harga Pokok persediaan Produk Dalam Proses Dokumen : bukti memorial dan laporan produk dalam proses. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan Yang DIbeli Dokumen : Laporan Penerimaan barang dan bukti kas/bank keluar Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan Yang Dikembalikan Kepada Pemasok Dokumen : Laporan pengiriman barang dan memo debit. Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Dokumen : Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang Prosedur pengembalian Barabg Gudang Dokumen : Bukti pengembalian barang gudang Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Dokumen : Kartu penghitungan fisik, Daftar hasil penghitungan fisik dan bukti memorial Catatan akuntansi : kartu persediaan, kartu gudang dan jurnal umum Fungsi terkait : Panitia penghitungan fisik persediaan, fungsi akuntansi dan fungsi gudang Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Jaringan prosedur yang membentuk sistem : prosedur penghitungan fisik, prosedur kompilasi, prosedur penentuan harga pokok persediaan dan prosedur adjustment Pengendalian Intern – Organisasi Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh suatu panitia yang terdiri dari fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitung dan fungsi pengecek Panitia yang dibentuk harus terdiri karyawan, selain karyawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan, karena karyawan dikedua fungsi dievaluasi tanggungjawabnya Pengendalian intern otorisasi SISTEM AKUNTANSI ASET TETAP Deskripsi Aset Tetap Kekayaan perusahaan memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun dan diperoleh oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali serta memiliki wujud Penggolongan Tanah Bangunan Mesin Kendaraan Inventaris Struktur Kode Aset Tetap X XX XX X XX X Golongan Aset tetap Jenis Aset tetap Tahun Perolehan Fungsi Lokasi Portability Golongan 1 = Tanah dan perbaikan 2 = Gedung dan perbaikan 3 = Mesin 4 = Inventaris kantor 5 = Inventaris Pabrik 6 = Kendaraan kantor 7 = Kendaraan pabrik Jenis Aset Tetap 01 = Mesin ketik 02 = Komputer 03 = Laptop 04 = Handphone 05 = Telepon dst Tahun Perolehan 11 = 2011 10 = 2010 Fungsi 1 = Produksi 2 = Pemasaran 3 = Administrasi dan Umum Lokasi X x xx xx Daerah Gedung Lantai Nomor kamar Portability 1 = Portable (Dapat dibawa dengan tangan manusia) 2 = Movable (dapat dipindahkan dengan bantuan peralatan) 3 = Fixture (melekat pada aset lain) 4-02-11-3-22113-2 artinya ? Dokumen Surat permintaan otorisasi investasi Surat permintaan reparasi Surat permintaan transfer aset tetap Surat permintaan penghentian pemakaian aset tetap Surat perintah kerja Dokumen Surat order pembelian Laporan penerimaan barang Faktur dari pemasok Bukti kas keluar Bukti memorial Catatan Akuntansi Kartu aset tetap Jurnal umum Register bukti kas keluar Fungsi yang terkait Pemakai Riset dan pengembangan Direktur utama Pembelian Penerimaan Aset Tetap Akuntansi Jaringan Subsistem Sistem pembelian aset tetap Sistem perolehan aset tetap melalui pembangunan sendiri Sistem pengeluaran modal Sistem penghentian pemakaian aset tetap Sistem transfer aset tetap Jaringan Subsistem Sistem revaluasi aset tetap Sistem pencatatan depresiasi aset tetap Pengendalian Intern Organisasi Semua Fungsi terkait terpisah Transaksi perolehan, penjualan dan penghentian pemakaian aset tetap harus dilaksanakan oleh lebih dari unit organisasi yang berkerja secara independen Pengendalian Intern Otorisasi Anggaran investasi diotorisasi RUPS Semua dokumen bentuk surat diotorisasi Direktur Utama. Surat perintah kerja diotorisasi KaDep LPB diotorisasi pembelian BKK diotorisasi akuntansi Pengendalian Intern Prosedur Perubahan kartu aset tetap harus didasarkan bukti dan diotorisasi pejabat berwenang Pengendalian Intern Praktek Sehat Secara periodik dilakukan pengecekan fisik Harus ada kebijakan aset tetap Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2174298-sistem-akuntansi-persediaan-dan-sistem/#ixzz1f5j2meOc |