Menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak begitu kamu kenal berbahaya mengapa

Hari gini, siapa yang bisa terpisahkan dari internet? Ibarat makan nasi, internet sudah jadi makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Tapi ini bukan excuse untuk menjadikan internet sebagai segala-galanya. Kamu harus tahu batasan dan mendahulukan dunia nyata di depan mata.

Ada keluarga, teman, tetangga dan lingkungan sekitar yang membutuhkan perhatian. Namun kenyataannya, anak milenial sekarang lebih suka mencari teman dan bergaul lewat online chatting serta ‘bersilaturahmi’ via sosial media. Dengan alasan mereka bisa lebih mengeksplor diri dan ‘menutupi’ kekurangan melalui fasilitas aplikasi online tersebut.

Perlu kamu tahu, nggak semua yang kamu lihat di sosial media itu asli apa adanya, bahkan lebih banyak fake-nya dan hanya fana belaka. Terlebih, saat ini banyak ‘pemangsa’ (predator online) yang bertebaran di dunia maya. Kenali cara melindungi diri agar privasimu tetap terjaga dengan aman.


Perbarui Pengaturan Akun Privasi


Foto: Istimewa

Atur setiap aplikasi yang kamu gunakan dengan pengaturan individu untuk mem-protect diri dari kejahatan online, terutama ketika kamu membuat akun pribadi untuk sosial media, aplikasi dan portal online lainnya.

Kamu tahu kan kalau situs-situs seperti Facebook, Instagram, dan lainnya, selalu memperbarui kebijakan mereka setiap saat. Jadi kamu pun perlu memperbarui pengaturan privasi akun-akun pribadimu juga, Beautynesian. Jika kamu tidak tahu bagaimana caranya, tanya pada orangtua, saudara, teman atau orang yang lebih ahli yang bisa kamu percaya. Simpan kata sandi secara confidential untuk media sosial, email, komputer, ponsel, dan lainnya.


Batasi Postingan Pribadi dan Data Diri Kamu

Tidak semua hal harus kamu bagikan di internet atau media sosial. Belajarlah untuk tidak mudah membagi segala hal pribadi hidupmu di internet atau media sosial. Hal ini termasuk membatasi kepada siapa kamu membagi postingan di internet atau media sosial. Bagilah hal-hal yang bersifat pribadi hanya dengan circle friends terdekat yang kamu kenal di dunia nyata, do not open for public.


Foto: Istimewa

Jangan pula mencantumkan data pribadi seperti nomor telepon, alamat, tanggal lahir dan foto pribadi, yang memudahkan seseorang menemukan atau mencuri identitas kamu. Cara terbaik untuk melindungi privasimu adalah dengan berasumsi bahwa semua yang kamu posting secara online dapat dilihat siapa saja (termasuk orangtua, saudara, teman dan publik) dan meninggalkan jejak digital yang nggak bisa dihapus begitu saja. Posting lah hal-hal umum yang positif dan inspiratif, dan aman dilihat siapa saja.


Waspada Terhadap Orang yang Baru Dikenal


Foto: Istimewa

Ini nih yang patut kamu waspadai. Sebagai remaja milenial, chatting online dengan teman baru memang mengasyikkan, tapi jangan lebay dan langsung mudah terbuai begitu saja. Dalami dan pahami dulu karakternya, jangan terlalu intens ber-chatting. Jika teman barumu itu mengajak bertemu lalu ‘dibumbui’ oleh tawaran yang terlalu baik, misalnya ingin mentraktir berbelanja, makan-makan, mengaku kenal dari teman atau bahkan tiba-tiba menyatakan cinta dan ingin kamu jadi pacarnya.

Percayalah, kebanyakan tawaran tersebut bohong dan biasanya berakhir dengan kasus kejahatan. Jangan tertipu dengan rayuan atau tawaran yang menggoda. Sudah banyak kasus perkenalan melalui sosial media yang berakhir dengan kejahatan. Waspadalah!


Jangan Pernah Mengirim Foto, Gambar atau Hal Pribadi Lainnya


Foto: Istimewa

Jika seseorang memintamu untuk mengirim foto diri, jangan pernah mengabulkannya. Dan sebaliknya, jika dia menawarkan untuk mengirim gambar padamu sebagai imbalan, jangan langsung percaya jika itu adalah foto aslinya. Selidiki lebih dalam lagi agar kamu tidak tertipu. Bila perlu minta bantuan teman atau saudaramu untuk mencari tahu profil asli dari orang tersebut. Jika memang dia adalah orang yang sama dengan yang difoto, baru kamu boleh sedikit percaya untuk melanjutkan pertemanan, meski harus tetap waspada.


Blokir, Blokir, Blokir!


Foto: Istimewa

Jika ternyata profilnya adalah palsu dan dia terbukti sebagai sindikat predator online, segera blokir semua akun yang terhubung dengannya. Jika kamu tidak bisa memblokirnya, klik di bagian "bantuan (Help)" pada akun media sosial. Misalnya:

        
  • Di Facebook kamu bisa membuka profil orang tersebut dan mengklik opsi “block”pada profilnya. Begitupun di platform sosial media lainnya.
  •     
  • Kamu bisa memblokir kontak email di Gmail dengan mengklik kontak kemudian memilih blokir pesan baru dari kontak orang tersebut.
  •     
  • Sebagian besar platform chatting seperti Watsapp (WA) bisa digunakan untuk mem-block kontak yang tidak kamu inginkan.
         

Katakan Tidak pada Sexting


Foto: Istimewa

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja milenial saat ini cenderung berani untuk berkirim gambar vulgar atau membuat teks bermuatan seks (sexting) pada teman chat online-nya, meski yang baru dikenal, demi mendapat status sosial.

Bahkan menurut survey, kejahatan sexting sebagian besar terjadi pada remaja di bawah usia 18 tahun di negara bagian Australia. Hal ini tidak patut dicontoh ya, Beautynesian. Selain termasuk perbuatan asusila, tindakan ini juga sangat ilegal dan memiliki konsekuensi hukum.


Simpan Semua History Percakapan


Foto: Istimewa

Setelah kamu mencurigai dan yakin bahwa stranger yang baru kamu kenal ini adalah predator online, simpan semua history percakapanmu dengannya. Jangan menghapus email atau pesan yang disimpan secara otomatis di akun media sosial. Simpan semua salinan percakapan WA melalui screenshoot sebagai barang bukti saat kamu mengajukan laporan nanti.


Beritahu Semuanya Pada Orangtua!


Foto: Istimewa

Hal utama yang perlu kamu lakukan ketika berhadapan dengan predator online adalah memberi tahu orangtuamu mengenai hal ini. Jujurlah pada mereka tentang awal perkenalanmu dengan si predator, interaksi apa saja yang sudah terjadi sejak itu sehingga mereka dapat membantu melindungimu.

Ceritakan semua informasi yang kamu tahu mengenai profilnya, jangan ada yang ditutupi apalagi sampai membohongi orangtua. Jika semua bukti sudah terkumpul, kamu dan orangtua bisa langsung melaporkan kasus ini ke pihak berwajib.