Pusat Pembinaan Profesi Keuangan kembali meluncurkan aplikasi ATLAS, sebuah perkakas audit berbasis Microsoft Excel untuk kantor akuntan publik. Fitur aplikasi ini bertambah kaya setelah sebelumnya di November 2017, ATLAS diperkenalkan dengan fitur penaksiran risiko (risk assessment). ATLAS versi terbaru ini mengakomodasi tahapan respons risiko (risk response) dan pelaporan (reporting) dalam audit. Tujuan ATLAS adalah untuk membantu Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam memenuhi standar audit. Pemenuhan standar profesional tersebut terekam dalam kertas kerja audit yang dalam pengawasan yang dilakukan oleh Menteri Keuangan merupakan dokumentasi yang diperiksa oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK). Dengan mengimplementasikan ATLAS ini juga akan membantu semakin sedikit yang dikenakan sanksi bagi Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik. Aplikasi ATLAS masih akan terus berkembang. Rencananya, pengembangan berikutnya adalah penambahan fitur yang dapat digunakan untuk semua jenis industri dan dapat digunakan untuk pelaporan keuangan konsolidasi. Selain itu juga diupayakan agar aplikasi ini dapat lebih ramah-pengguna antara lain dengan memanfaatkan pangkalan data Microsoft Access yang menyediakan fitur pengisian formulir yang lebih muda diisi. Seiring dengan pengembangan yang dilakukan terus menerus, aplikasi ini diharapkan dapat digunakan oleh semua level pengguna, mulai dari staf pemula hingga rekan akuntan publik, serta agar dapat terjalin kerja sama antara praktisi dan akademisi untuk berbagi kiat praktik audit berbasis risiko yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Workshop ini juga dimaksudkan untuk menyiapkan para mahasiswa/i lulusan Tri Bhakti Business School agar siap bekerja setelah lulus dan siap digunakan oleh Kantor Akuntan Publik menguasai softskill untuk pengoperasian aplikasi ATLAS, Merupakan hal yang sangat penting bagi lulusan Tri Bhakti Business School dimana Aplikasi ini merupakan aplikasi resmi yang diluncurkan oleh pihak regulator yaitu Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) yang merupakan bagian dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dengan workshop ini, diharapkan lulusan Tri Bhakti Business School akan mempunyai keunggulan bersaing dibandingkan dengan lulusan universitas lainnya. You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview
You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're
Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview You're Reading a Free Preview Secara praktik, audit keuangan dilaksanakan dalam sebuah file dalam bentuk Excel yang terdiri dari beberapa sheet, yang secara umumnya akan langsung digabungkan menjadi satu Laporan Auditor Independen dan akan menentukan opini berdasarkan keakuratan dari laporan keuangan yang diaudit. Berdasarkan Standar Audit (SA) konvergensi International Standards on Auditing (ISA), hanya dijelaskan proses melaksanakan audit dan masing-masing komponen dalam audit cycle, namun tidak disebutkan platform yang ideal digunakan untuk melaksanakan audit. Sehingga secara praktik, sangat bervariasi metode melacak kerja lapangan audit Dikutip dari Kepala Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK), hal tersebut mengakibatkan masih banyaknya kelemahan terkait pemahaman atas pelaksanaan audit berbasis risiko dan tidak adanya sarana audit yang dapat menunjang proses audit. Itu menjadi motivasi yang mendorong PPPK, sebagai salah satu instansi Kemenkeu, untuk merancangkan sarana audit yang efektif, yakni Audit Tool and Linked Archive System, atau ATLAS.
Sebelum Audit Meskipun proses audit masih pada tahap awal, sudah bisa dibilang bahwa audit sudah mulai pada tahap tersebut. Auditor awalnya mengirimkan surat perikatan dan surat awal lainnya sambil mendapatkan data dari klien yang ingin diaudit. Mengetahui industri dari klien, peredaran bruto, kondisi manajemen dari klien, apabila klien perusahaan sedang tengah gugatan atau tidak, kondisi pengendalian internal klien, dan hal-hal lainnya yang perlu diketahui. Dengan semua ini, auditor dapat menentukan risiko yang dibawa klien tersebut untuk menentukan apabila KAP akan menerima klien tersebut atau tidak. Jika sudah diidentifikasikan risikonya dan KAP sudah memutuskan untuk ingin melaksanakan audit atas klien, maka dikirimkan proposal audit. Untuk ATLAS, sebenarnya tahap awal terdapat lagi 2 bagian, yakni pra-perikatan dan penilaian risiko. Kedua ini memiliki tujuan yang berbeda namun sama-sama penting untuk awal sebelum audit. Pre-Engagement Pada awal dari pra-perikatan akan dilaksanakan proses klien tahun pertama atau klien berkelanjutan, dikarenakan akan ada beberapa informasi yang perlu diisikan untuk tahap berikutnya. Berdasarkan ukuran dari klien perusahaan dan skala operasionalnya, akan dilaksanakan alokasi jam jasa dan perencanaan lainnya yang relevan supaya dapat disusunkan proposal audit mengenai waktu efektif audit. Kemudian disusunkan surat perikatan dan surat tugas demi keperluan administratif. Pernyataan independensi untuk menyatakan bahwa auditor independen dan tidak bercampur tangan dalam kegiatan klien perusahaan. Semua surat dan pernyataan tersebut akan dipastikan dalam ATLAS apabila sudah mengandung hal-hal yang diperlukan SPAP. Selain itu, proses audit berdasarkan ATLAS sudah menyiapkan auditor sebelum mulainya proses audit. Berakhir pada perikatan tahun pertama (apabila klien yang diambil memang tahun pertama) di mana diisikan hal-hal yang diminta untuk kemudian menentukan risiko audit. Risk Assessment Mengambil data dari laporan keuangan internal klien perusahaan untuk menentukan materialitas awal yang digunakan dalam proses audit. Dengan memahami entitas, lingkungan dan industrinya, disusunkan audit plan dan prosedur analitis awal supaya auditor mengetahui bagaimana melaksanakan audit. Kemudian dengan memperhatikan pengendalian internal dan kondisi dari klien perusahaan yang didapatkan dari komunikasi dengan mereka yang dipercayakan tata kelola klien perusahaan (TCWG/those charged with governance) dan SPI (Satuan Pengawasan Internal), dapat dinilai inherent risk dan control risk. Dari kedua itu maka akan muncul audit risk dan menentukan risiko salah saji material. Dari semua itu, disimpulkan hasil penemuan awal dan dilaksanakan pembaruan terhadap audit plan. Audit Risk Response Pada tahap inilah banyak orang menganggap mulainya proses audit. Bagian yang paling dasar yang disiapkan auditor merupakan worksheet atau working paper. Dalamnya terdapat working trial balance, prosedur audit yang akan dilaksanakan jurnal penyesuaian yang diperlukan, dan akhirnya laporan keuangan yang telah diaudit. Ini termasuk di bagian proses audit karena masih belum disampaikan ke manajemen klien dan memperhatikan ke saldo dan jumlah. Di bawah itu terdapat estimasi akuntansi, transaksi dengan pihak berelasi, peristiwa kemudian, kelangsungan usaha, representasi manajemen, pakar auditor, pakar manajemen, dan komitmen dan kontijensi. Semua ini masih relevan kepada klien perusahaan karena masih mempengaruhi posisi keuangan klien dan mayoritasnya berdampak pada akun-akun yang material dan pervasif. Completing and Reporting Pada bagian ini, semua temuan dan proses audit kemudian dilaksanakan tinjauan kembali untuk memastikan apabila terdapat bagian yang masih kurang atau hal yang masih perlu dijelaskan oleh pihak yang terkait supaya transparan dan menyajikan posisi keuangan secara tepat. Dinilai kembali materialitas untuk membandingkan dari laporan keuangan internal kepada laporan keuangan diaudit. Dilaksanakan juga prosedur analitis akhir untuk analisis lainnya yang mungkin masih disebut dalam ruang lingkup audit pada proposal audit. Selain itu, pada akhir audit ditinjau kembali laporan keuangan yang diaudit, bukti audit yang didapatkan auditor, pemeriksaan kembali laporan auditor independen, memorandum yang relevan, dan kemudian diterbitkan laporan auditor independen final. Pada tahap inilah diterbitkan opini auditor berdasarkan temuan yang telah auditor temui dan bahas bersama pihak manajemen, karena tanpa persetujuan manajemen, opini audit tidak bisa diterbitkan. General Untuk bagian tersebut, tidak ada tujuan tertentu, hanya saja mengandung hal-hal yang mungkin akan diperlukan di bagian ATLAS yang lainnya. Dalam bagian ini, terdapat laporan keuangan, sehingga auditor dapat mengisikan saldo internal supaya menjadi dasar perhitungan, terutama untuk bagian seperti materialitas, risiko salah saji, kertas kerja, dan bagian lainnya yang relevan. Selain itu, terdapat juga lampiran, singkatan, dan petunjuk pengisian singkat. Pada petunjuk pengisian singkat, terdapat secara berurutan bagian-bagian yang harus auditor isi supaya tidak terjadi kekeliruan. Lebih dari itu, dari pihak yang berkaitan juga ada menyediakan panduan terpisah lagi yang menjelaskan lebih spesifik dan lebih detail lagi per bagian, apabila auditor memerlukan penjelasan yang lebih mendalami Keuntungan dan Kerugian Menggunakan ATLAS Untuk setiap program atau aplikasi, pasti akan ada yang memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak dikecualikan program ini. Dari pihak pemerintah dan swasta nirlaba memang memiliki tujuan supaya auditor dapat menyajikan secara lebih rapi dan dapat memperhatikan progres audit secara lebih kondusif, namun pasti ada hal-hal yang dilewatkan oleh pihak-pihak tersebut dari praktik lapangan auditor dan koordinasi dengan klien perusahaan. Harus dipertimbangkan bahwa ATLAS dirancangkan menggunakan SPAP sebagai dasar. Dari ATLAS memang sudah disediakan audit cycle dan panduan untuk mengisi ATLAS, sehingga juga menunjukkan proses audit berdasarkan SPAP. Selain itu, dikarenakan ATLAS memang dirancangkan oleh PPPK dan IAPI, sehingga ATLAS sebagai sebuah aplikasi, para auditor bisa meyakini bahwa akan diterima oleh pihak-pihak yang relevan, berkaitan keperluan data dan proses audit. Sebagai sebuah aplikasi berdasarkan Excel, ATLAS sebagai sebuah program tidak memerlukan syarat dan keperluan yang tinggi mengenai spesifikasi perangkat yang digunakan. Meskipun banyak yang telah dipertimbangkan oleh kedua pihak tersebut, tentu ada beberapa kekurangan dari aplikasi tersebut. Mungkin pada beberapa kasus akan terjadi hal-hal yang di luar kebiasaan, dan masing-masing kasus tentu akan berbeda. Diragukan apabila ATLAS dapat menopang perbedaan tersebut. Selain itu, dalam ATLAS terdapat banyak bagian yang harus diisi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga mengisi ATLAS lebih terkesan sebagai tugas administrasi karena cukup memakan waktu juga. |